Sacred Message of Batara Guru — Nahawayang
Nggak susah untuk mencintai budaya sendiri. Semuanya bisa dimulai dari melihat, mendengar, dan merasa. Seperti yang dirasakan saat menonton gelaran Nahawayang, Sacred Message of Batara Guru yang diselenggarakan oleh teman-teman dari UPI, Selasa (18/2) lalu. Dalam gelaran Nahawayang ini, yang tampil di atas panggung Teater Tertutup Taman Budaya, tak hanya Ki Dalang dan wayang-wayangnya, tapi juga paduan suara mahasiswa UPI, orkestra Bumi Siliwangi UPI, ensemble gamelan Kyai Fatahillah, Wayang Cyber, Nahadancer Seni Tari UPI, Istiqomah Teater, fire acrobat, dan Tianlong Kungfu.
Semua komunitas yang disebut tadi, berkolaborasi bersama menampilkan suguhan apik yang memanjakn mata dan menghibur lewat ceritanya. Wayang kontemporer ini menceritakan si Cepot dan Dawala yang mendapat tugas dari Batara Kresna untuk mengantarkan sebuah surat untuk Batara Guru. Apapun yang terjadi, Cepot dan Dawala nggak boleh menyerahkan surat tersebut kepada siapapun, dan hanya Batara Guru lah yang berhak membuka isi surat tersebut.
Tugas yang gampang-gampang susah buat Cepot dan Dawala. Gampang karena sebetulnya hanya mengantar surat. Susah karena dalam perjalanan mengantarkan surat tersebut banyak halangan dan rintangan. Makanya, untuk menjaga Cepot dan Dawala, Batara Kresna mengutus Gatot Kaca untuk mengawal dua orang punakawan.
Semuanya tersaji dalam bahasa Sunda yang mudah dimengerti karena sang dalang Apep A.S. Hudaya dan sang sutradara Dedi Warsana selalu memasukkan unsur-unsur kekinian dalam percakapan mereka. Yah, kalau kamu orang Sunda atau minimal pernah tinggal di Bandung, nggak kan sulit untuk mengerti. Bahkan kamu akan ikutan ngakak ngabarakatak melihat kelakuan para wayang golek dan wayang orang yang tampil di panggung. Mudah-mudahan, gelaran wayang seperti ini semakin banyak diadakan, supaya nggak kalah dengan maraknya konser musik di Indonesia. ***
[nggallery id=11]
Leave a Reply